Selasa, 04 Oktober 2011

Menulis Cerita Pengalaman

Menulis cerita, awalnya, terkesan susah. Tapi, kalau kita sudah tahu apa yang mau kita ceritakan, insya Allah mudah. inilah yang dialami salah satu anak muridku yang duduk di kelas 5. Namanya Wafa. Anaknya kelihatan pendiam...tapi kalau diminta untuk menulis, TOP deh. inilah hasil ceritanya ketika liburan lebaran kemarin selama 3 minggu (setelah diedit-edit)

                                                                WafaHusnayaini
                                                                                                Grade 5
                                                                       

Pengalaman Liburan Lebaran


Sebenarnya dari jauh-jauh hari, aku sudah merencanakan  apa yang ingin aku lakukan saat liburan. “Hmmm…Ayah, nanti waktu liburan kita berenang sama nonton di bioskop ya, lalu pergi ke Puncak atau Bandung. Boleh enggak?” tanyaku.
“Kalau berenang dan menonton, boleh, tapi kalau pergi ke Puncak atau Bandung,lihat nanti ya!”jawab ayah.
“Oke, makasih, yah,”balasku lagi.
Hari ini adalah hari terakhir berpuasa.Saat bangun,aku merasa senang karena selama ini puasaku penuh. “Wafa, mandi dulu! Sudah siang,” panggil bundaku.
“Iya,”jawabku. Setelah selesai mandi, aku merasa badanku terasa gatal-gatal.
Kata ibuku, “Sepertinya cacar air deh.”
Lalu, ayah membawaku ke dokter untuk memastikan bahwa ini cacar air atau tidak.Ternyata dugaan bunda benar, aku terkena cacar air. Sesampainya di rumah, aku naik ke kamar supaya tidak menular kepada anggota keluargaku yang lainnya. Selama aku sakit, aku tidak dapat keluar rumah. Pada saat saudara-saudaraku pergi bersilaturahmi di hari raya, aku hanya diam di rumah.
Seminggu lebih telah berlalu, aku sudah boleh keluar rumah.“Bun, nanti malam kita jadi nonton Kung fu Panda enggak?”tanyaku.
“Kayaknya bisa, nak, tapi nanti tanya ayah dulu ya,” jawabnya.
“Oh iya. Bun, tadinya aku mau nonton Lima Elang tapi katanya agak seram jadinya nggak usah ya.” kataku lagi.
“Ya udah, bunda sih terserah aja,” balas bunda lagi. Sorenya aku berangkat bersama bunda dan adik-adikku ke bioskop di dekat kantor  ayah. “Bun, ayah berangkat dari kantor jam berapa?” tanyaku.
“Jam 17:30, filmnya diputar jam 19:50,”jawabnya.
“Oke,” balasku.
Setelah menemukan tempat parkir, kami naik ke atas dan pergi ke tempat bermain.
“Bunda! Mau main kuda-kudaan!” ucap kedua adikku dengan suara yang keras.
“Boleh kok ,kartunya mana?” ucap ibuku.
“Yayy! Kata bunda boleh main kuda!”sorak adikku. Aku memberikan kartunya pada bundaku. Setelah mereka puas bermain, mereka mendapat balon berbentuk muka kelinci. Mica mendapat balon berwarna merah muda dan Hania mendapat balon berwarna kuning.
“Sekarang giliranku main kan ?” Aku bertanya.
“Iya, mau main apa?” tanyanya balik.
“Main itu aja bun, di sebelah sana,” usulku.Setelah membayar, aku pun masuk dan mulai memanjat tangga.
“Mica! Naik tangga yang di situ yuk!”kataku.
“Ayo kak!” jawabnya semangat.
Sesudahbeberapa lama aku dan kedua adikku bermain di tempat itu, tiba-tiba adikku berkata “Ayaah!”ucapnya. Ternyata ayahku sudah sampai, ia berdiri di dekat pintu masuk.
“Ayah,sekarang kita sholat maghrib kan?” tanyaku.
“Iya. Habis sholat, kita makan dulu baru setelah itu nonton di bioskop.Tadi udah beli tiket kan?” jawab ayahku dengan panjang lebar.
“Ooh, oke. Tadi udah beli tiket kok, yah.” Jawabku. “Baguslah kalau begitu.”
Kami pun cepat-cepat pergi ke musholla dan makan dengan cepat. Ternyata, adikku yang kedua harus mengganti popok dulu. Akhirnya, aku, ayahku, dan Mica masuk duluan sedangkan ibuku mengganti popok Hania. Filmnya bagus sekali, lucu, seru, tapi agak sedih.Kami juga membeli popcorn supaya bisa dimakan sambil menonton.
Keesokan harinya kami pergi ke pondok indah untuk membeli alat-alat seperti lem, kain flannel dan lain-lain yang akan aku dan adik-adikku gunakan untuk menghias kotak.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar