Minggu, 03 Oktober 2010

kebahagiaan guru

sewaktu lagi searching-searching di mbah Google, ketemu kisah yang sangat inspiratif. tentang kebahagiaan seorang guru. ternyata, kebahagiaan seorang guru bukan dilihat dari materi semata, tapi lebih dari itu: Keberhasilan Anak Didik di masa depan. waktu baca kisah ini, langsung deh terbayang masa depan anak didikku di Azhari. Thaya nanti jadi dokter, Dimas Ragil jadi pengusaha, Yusuf jadi sejarawan, Hanif jadi pilot dll. (Ups, kok jadi ceritain mimpiku ya...^^). ya sudah, silahkan dibaca artikelnya ya.....monggo................

Kebahagian Seorang Guru
Joko Wahyono

Suatu ketika di kantor guru, saya kedatangan seorang tamu, seorang teman memberi tahu saya bahwa saya sedang dicari seseorang berseragam polisi, wah ada apa nich..? tanya saya dalam hati, pikiran saya sudah mulai menebak-nebak, apa ada anak yang tawuran? Atau ada sesuatu yang tidak beres di sekolah ini, pikir saya. Dengan deg-deg an, saya minta tamu tersebut masuk ke ruang kantor saya. Sesaat masuk, tamu dengan pakaian dinas polisi tersebut, memberi hormat kepada saya dan dengan sikap tegap mengatakan. “Lapor Pak, Saya Letnan Satu Herzoni Saragih, murid Bapak angkatan pertama SMP YPPSB, saat ini bertugas menjadi Kepala Polisi Sektor ....di Kabupaten Bulungan Kaltim”. Sontak saya peluk dia. Herzoni bercerita banyak tentang tugas-tugasnya, teman seangkatannya yang telah jadi dokter, pengusaha cargo, ada yang jadi karyawan di perusahaan asing, ada yang melanjutkan kuliah di luar negri dan lain-lain. Mendengar itu semua, ada air mata bahagia, ada aliran hangat yang menyelimuti hati saya. Ada rasa bangga bahwa murid saya telah berhasil mencapai apa yang dicita-citakan, ada rasa haru atas pengakuan dan rasa hormat murid saya tersebut, walau sudah berpisah sekian lama. Ada rasa bahagia di hati saya.

Pada kisah yang lain, saya mendapat informasi dari teman-teman guru dan para orang tua murid bahwa salah satu bekas murid saya yang dulu sangat dekat dengan saya, telah menjadi preman di kawasan Town Hall, sebuah kawasan perniagaan di kota Sangatta kabupaten Kutai Timur. Namanya sebut saja Robin. Dari info yang saya dapatkan penampilan Robin sudah sangat berbeda, rambutnya gondrong, pakai kalung, dan anting-anting, pakaian khasnya rompi kulit, pakai ikat kepala gaya penyanyi rap, matanya merah, mulutnya bau minuman keras, dan lain-lain. Pendek kata label preman telah diberikan lingkungannya terhadap Robin. Ada rasa gundah di hati saya, ada rasa sedih yang menyelimuti hati saya, ada beribu-ribu pertanyaan di pikiran saya, apa yang terjadi pada anak tersebut? Dan mengapa dia memilih menjadi preman pasar seperti itu?

Suatu ketika, secara tidak sengaja saya bertemu Robin, dia ingin menghindari saya namun saya coba panggil namanya, saya hampiri dan salami dia dengan hangat. Saya tatap matanya?, saya menduga ada luka yang mendalam terlihat dari sorot matanya. Saya tanya apa kabarnya?, dia menjawab yah beginilah Pak, seperti yang bapak lihat. Dia mengatakan, apakah Bapak tidak malu mempunyai murid seperti saya? Tanyanya. Saya menjawab "Malu?, mengapa harus malu?, jadi apapun kamu, kamu telah ditakdirkan menjadi murid saya. Kata-kata itu spontan keluar dari mulut saya. Kami mencari tempat duduk yang nyaman, di teras sebuah toko yang dirindangi pohon. Saya menjadi pendengar yang baik dari masalah yang telah menimpa dirinya, “Ayah saya kawin lagi, dia tidak mempedulikan kami, dia berlaku kasar terhadap Ibu saya, Kalau ketemu akan saya bunuh mereka”. Kata Robin dengan geramnya. Saya mencoba berempati, mendengarkan "curhat"nya, setelah semua sudah dicurahkan saya mencoba menanyakan kembali sebenarnya dia dulu memiliki cita-cita seperti apa?, ”Saya ingin jadi arsitek Pak, saya tinggalkan kuliah saya karena masalah ini”. Katanya. Tidak banyak yang bisa saya berikan, saya hanya mendengarkan dan menggali harapannya. Sebelum berpisah, saya tepuk pundaknya dan saya katakan, “Kamu anak cerdas dan kamu pasti bisa jadi Arsitek”.  Saya sampaikan juga  bahwa  saya bersedia bertemu kapan saja yang dia butuhkan.

6 bulan kemudian, saat saya dan keluarga sedang menikmati liburan di Kawasan  Mall Mesra Indah di Samarinda. Ada seorang pemuda memanggil saya, Pak Joko...Pak Joko...., Saya Robin Pak. Saya hampir tidak mengenalnya, rambutnya rapi, pakaiannya rapi dan sopan, sorot matanya penuh keceriaan. Dia mengatakan, saat ini saya kuliah lagi, Pak. Setelah bertemu dengan Bapak, saya terus berpikir dan akhirnya memutuskan kuliah lagi. Subhanallah, perasaan saya yang awalnya gundah, sedih berubah menjadi begitu senang, haru dan bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar